MAKALAH STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM UNTUK MTS DAN MA
SEJARAH DINASTI MAMALIK DI MESIR
PETA WILAYAH KEKUASAAN DINASTI MAMALIK
DINASTI MAMALIK DI MESIR
Makalah
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“ Studi
Sejarah kebudayaan Islam”
Disusun oleh :
Gunawan
Wibisono (210310169)
Dosen Pengampu :
M. Irfan Riyadi M.Ag
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Islam adalah suatu umat yang besar dan pernah berjaya
dimukabumi ini pada masanya. Dimulai dari masa rosulullah, shahabat, dinasti
umayah, dinasti abasiyah dan seterusnya. Namun dalam perjalanannya islam
mengalami pasang surut dan jatuh bangun dalam pemerintahannya. Hal ini terjadi
akibat banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar pemerintahan islam
sendiri. Disini saya mencoba untuk mengulas sebuah pemerintahan dinast mamluk
atau mamalik yang telah berlangsung antara tahun 648 H / 1250 M hingga 922 H /
1517 M. Dsini akan saya ulas mengenai sejarah berdirinya, pemerintahannya,
kemajuan-kemajuan yang dicapai serta sebab kemunduran dan keruntuhan dinasti
mamluk di mesir. Semoga tulisan ini nanti dapat menambah pengetahuan kita
tentang sejarah kebudayaan isam pada masa lalu.
2. RUMUSAN MASALAH
a)
Bagaimana sejarah munculnya dinasti mamalik di mesir ?
b)
Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti mamalik bahri ?
c)
Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti mamalik burji ?
d)
Apa sajakah kemajuan-kemajuan yang di capai oleh dinasti mamalik dalam
dunia islam?
e)
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran dan keruntuhan dinasti
mamalik di mesir ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH MUNCULNYA DINASTI MAMALIK/MAMLUK DI MESIR
Kata Mamluk berarti budak atau hamba yang dibeli dan dididik
dengan sengaja agar manjadi tentara dan pegawai pemerintah. Seorang Mamluk
berasal dari ibu-bapak yang merdeka (bukan budak atau hamba). Ini berbeda
dengan ‘abd yang berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh ibu-bapak yang juga
berstatus sebagai hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk
berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam. Sebagian Mamluk berasal dari
Mesir, dari golongan hamba yang dimiliki oleh para sultan dan amir pada masa
kesultanan Bani Ayub. Mamluk Dinasti Ayubi’yah berasaldari Asia kecil, Persia
(Iran), Turkistan, dan Asia Tengah (Transoksiana). Mereka terdiri atas
suku-suku Bangsa Turki, Syracuse, Sum, Rusia, kurdi, dan bagian kecil dari
bangsa Eropa. Mamluk sultan yang berkuasa merupakan gabungan para Mamluk
sultan-sultan sebelumnya, yakni Mamluk para amir yang disingkirkan atau
meninggal dunia.[1]
Dinasti mamluk atau mamalik adalah sebuah dinasti atau pemerintahan yang
didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan
oleh penguasa dinasti ayubiyah sebagai budak, yang kemudian di didik dan
dijadikan tentara, dan mereka ditempatkan di tempat yang tersendiri yang
terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa ayubiyah yang terakhir, al Malik al Saleh,
mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa
itu mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan-imbaan
meteriil.[2]
Ketika
al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik tahta sebagai
Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada
tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah pimpinan
Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih,
Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha
mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu.
Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin
dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan
kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi
segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya
kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa
Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping
dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya
dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan
awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.[3]
B.
PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI MAMALIK BAHRI
Nama Mamluk
Bahriyah dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik
Al-Saleh Najmudin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat ini berada di pulau Raudhah
di tepi sungai Nil yang dilaengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan
latihan materi-materi sipil dan militer. Sejak itu, para Mamluk dikenal dengan
Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan). Dinasti mamalik bahri dirintis oleh Aybak yang sekaligus
menjadi sultan pertama di dinasti tersebut.[4]
Aybak
berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh
anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun
1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz
naik tahta, Baybars
yang mengasingkan diri ke Syria
karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak
kembali ke Mesir. Di
awal tahun 1260 M Mesir
terancam serangan bangsa Mongol
yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu
di Ayn Jalut,
dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz, Baybars dan
Syaikhul
Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berhasil menghancurkan pasukan Mongol
tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir
menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria
segera menyatakan sumpah setia kepada penguasa Mamalik.[5]
Pusat kekhalifahan Islam akhirnya berada di kairo setelah Baghdad
hancur total oleh tentara Mongol. Setelah Qutuz digulingkan oleh Baybars,
kerajaan Mamluk bertambah kuat. Bahkan, Baybars, mampu berkuasa selama tujuh
belas tahun (657 H./1260 M.-676 H./1277 M.) karena mendapat dukungan militer
dan tidak ada Mamluk yang senior lagi, selain Baybars9). Ia adalah
sultan terbesar dan termasyhur di antara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang
sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.Kejayaan yang diraih pada masa Baybars
adalah memporak-porandakan tentara salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di
Pegunungan Siria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia dan
kapal-kapal Mongol di Anatolia10). Terlebih lagi prestasi Baybars
adalah menghidupkan kembali kekhalifahan Abbasiyah di Mesir setelah Baghdad
dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258.
Pemerintah Mamluk selanjutnya dipimpin oleh
Bani Bibarisiah. Diawali oleh Azh-Zhahir Bibaris mengundang Ahmad, anak
Khalifah Bani Abbasiyah Al-Zhahir ke Kairo. Sebelumnya, Ahmad melarikan diri
dari Baghdad setelah dihancur leburkan oleh orang-orang Mongolia, kemudian dia
dibaiat sebagai khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir pada tahun 659 H./1260
M.Tujuan dilakukannya hal itu oleh Babiris adalah untuk menguatkan pusat
kekuasaan di Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta
melindungi kursi kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah. Setelah itu, Bani
Abbasiyah secara berturut-turut berkuasa dengan jumlah khalifah sebanyak 18
orang antara tahun 659-92Bani Abbasiyah secara berturut-turut berkuasa dengan
jumlah khalifah sebanyak 18 orang antara tahun 659-923 H./1260-1517 M.
Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan Mamluk di bawah pimpinan Bani
Babiris. Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H./1280 M.-689H./1290 M.) yang telah
menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan
hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur
perdagangan internasional. Sultan Qalawun berhasil mewariskan tahtanya kepada
keturunannya. Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000 Mamluk Burji yang memang
dipersiapkan untuk melindungi kepentingan pribadinya.
Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan
dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun,
yakni Nashir Muhammad (696 H./1296 M.). Sultan memegang tampuk pemerintahan
selama tiga kali dan mengalami dua kali turun tahta.Masa setelah Bani Qalawun,
tampuk pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga 9
sultan. Kesembilan sultan ini hanyalah simbul nama dan tidak berpengaruh
terhadap masyarakat umum lainnya. Dalam analisis Ahmad Al-Usairy15)
, “mereka tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun “,
sampai sultan terakhir dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya’baniyah,
Al-Shalih Hajj Asyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H./1388 M. digulingkan oleh
Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk
Burji.[6]
C.
PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI MAMALIK BURJI
Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Brquq (784
H./1382 M.-801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari
Mamluk Bahri, Shalih Haj bin Asyraf Sya’ban. Sesungguhnya
tidak ada perbedaan pemerintahan Mamluk Bahri dan Burji, baik dari segi status
para sultan yang dimerdekakan atau pun dari segi sistem pemerintahan yang
oligarki. Hal-hal yang membedakan kedua pemerintah tersebut adalah sukses
pemerintahan Mamluk Bahri lebih banyak terjadi dengan turun-temurun, sedangkan
pada masa Mamluk Burji suksesi lebih banyak terjadi karena perang saudara dan
huru-hara. Pertentangan ini disebabkan sisteam pendidikan bagi para Mamluk
tidak ketat, dan mereka diperbolehkan untuk tinggal di luar pusat-pusat latihan
bersama rakyat biasa.
Pemerintahan selanjutnya dipimpin
oleh Sultan Al-Nashir Faraj (801 H./1399 M.-808 H./1405 M.), putra sultan
Barquq dan merupakan salah seorang cucu jengis khan yang telah masuk Islam dan
berkuasa di wilayah Samarkand dan Khurasan, Timur Lenk (771 H./1370 M.-807
H./1405 M.), melakukan penyerangan ke wilayang Suriah. Timur Lenk tampaknya
mengulang kembali sejarah keberingasan pasukan Mongol pada zaman Hulagu Khan
ketika menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim. Pasukan Mamluk pun
menyiapkan diri untuk menghadang serangan Timur Lenk tersebut. Pada tahun 1401,
Aleppo dapat dikuasai oleh pasukan Timur Lenk dan disusul dengan Damaskus yang
menyerah setelah tentara Mamluk dapat dikalahkan. Kota Damaskus
dibumihanguskan, baik sekolah maupun masjid dibakar. Ketika pasukan Mamluk
disiagakan kembali untuk merebut Damaskus, Timur Lenk sudah meninggalkan kota
itu dan akhirnya diadakanlah perjanjian perdamaian serta bertukar tawanan
perang19).
Sementara itu, dua Sultan Mamluk
Burji, yakni Al-Asyraf Baribai (825 H./1422 M.-841 H./1437 M.) dan Al-Zahir
Khusyqadam (865 H./1461 M.-872 H./1467 M.) masih harus terus mempertahankan
wilayahnya dari serangan pasukan salib di kepulauan Cyprus dan Rhodos (Laut
Aegea, sekarang milik Yunani). Kedua ekspedisi militer ini berhasil menahan
kekuatan kaum Nasrani dan dengan demikian, pasukan Mamluk kembali membuktikan
keunggulanya untuk dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.
Banyak dari sultan-sultan Mamluk
Burji naik tahta pada usia muda. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab
melemahnya Dinasti Mamluk. Para Mamluk selalu disibukkan dengan gejolak atau
pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk
aksi-aksi militer, sementara itu pemasukan semakin menipis. Rongrongan dari
luar wilayah Mamluk pun datang beruntun karena para Mamluk tidak
mengutamakan persatuan dan banyak yang meminta bantuan dari luar. Sebagai
contoh pada masa pemerintahan Sultan Asyraf Qaitbay (872 H./1468 M.-901 H./1496
M.), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para amir Mamluk di wilayah Syam
dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari orang Arab di selatan Mesir.
Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan Turki Utsmani terhadap
wilayah Mamluk yang merupakan cikal-bakal permusuhan antara Dinasti Mamluk dan
tentara Turki Utsmani.
Begitulah seterusnya para Sultan
Mamluk dilanda krisis dan perang, baik dari dalam (Mamluk) maupun dari pihak
luar seperti serangan tentara Turki Utsmani, orang portugis yang melarang dan
mengusik jalur perdagangan Mamluk di Laut Tengah hingga tewasnya Sultan Qanshus
Al-Guri ketika berperang melawan tentara Turki Utsmani pada tahun 922 H./1516
M. sejak saat itu, Dinasti Mamluk di bawah bayang-bayang tentara Turki Utsmani.
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Al-Asyraf
Tumanbai. Ia adalah seorang pejuang yang gigih. Namun, pada saat itu ia tidak
memperoleh dukungan dari golongan Mamluk sehingga ia harus menghadapi sendiri
pasukan Turki Utsmani. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki Utsmani
atas bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung di salah satu gerbang
kota Kairo, pada tahun 923 H./1517 M. Sejak saat itu, berakhirlah masa
pemerintahan Dinasti Mamluk dan dimulainya masa penguasaan Turki Utsmani di
Mesir dan Syam.[7]
D.
KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DI CAPAI OLEH DINASTI MAMALIK DALAM DUNIA ISLAM
a. Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas
tentara Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal
besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa
dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan
pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit
politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam
lainnya, Baybars membaiat
keturunan Bani Abbas yang berhasil
meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah,
setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara
itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan,
seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya
orang-orang Armenia), dan
kapal-kapal Mongol di Anatolia.
b. Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang
dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur
perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir
sebelumnya. Jatuhnya Baghdad
menjadikan kota Kairo sebagai
jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan menjadi lebih penting
karena Kairo menghubungkan jalur
perdagangan Laut Merah
dan Laut Tengah
dengan Eropa. Disamping itu,
hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung
oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut
maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan
perekonomiannya.
c. Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu
banyak berkembang di Mesir,
seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu
sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di
bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi.
Di bidang matematika Abul Faraj al-'Ibry .
Dalam bidang kedokteran: Abul Hasan 'Ali
an-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-Dimyathi,
seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis psykoterapi.
Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf.
Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul Islam ibn
Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits
dalam Islam, Imam As-Suyuthi
Rahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani
Rahimahullah dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.
d. Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang
arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah
dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa
ini di antaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah
dan menara masjid.[8]
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI MAMALIK
DI MESIR
1. Faktor interal
·
Pola hidup para penguasa yang suka hidupmewah dan
berfoya-foya.
·
Prilaku buruk dari para sultan atau para pegawainya
seperti, tipudaya, pembunuhan dan pembantaian.
·
Korupsi dan monopoli ekonomi dilakukan oleh para sultan
dalam mengelola pembangunan.
·
Terjadinya perpecahan dan konflik internal serta terjadi
banyak peperangan diantara mereka.
2. Faktor external
·
Munculnya kekuatan ustmani di turki yang nantinya akan
mengakhiri pemerintan dinasti mamalik.
·
Kegagalan mereka membndung serangan orang-orang portugis
yang saat itu telah sampai di laut tengah dan laut merah.
·
Ditemukanya tanjung harapan oleh eropa tahun 1498 M, yang
menyebabkan jalur perdagangan asia eropa lewat mesir menurun fungsinya sehingga
mengganggu perekonomian negara.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al ‘Usairy, Sejarah Islam (Jakarta
: akbar media eka sarana, 2003), 313.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (jakarta
: raja grafind persada, 2007), 126-128.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam
(bandung : pustaka setia, 2008), 236.
http://dc223.4shared.com/doc/O-2qSLVn/preview.html (diakses pada hari rabu 05-12-2012)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mamluk&oldid=5953046 (diakses pada hari rabu 05-12-2012)
http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/sejarah/allsub/146/dinasti-mamalik-di-mesir-masa-kemunduran.html
(di
[2]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban
Islam (bandung : pustaka setia, 2008), 235.
[3]
http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/sejarah/allsub/146/Dinasti-Mamalik-Di-Mesir-Masa-Kemunduran.html
(diakses pada hari rabu 05-12-2012)
[4]
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban
Islam, 236.
[5] "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mamluk&oldid=5953046"(diakses pada hari rabu 05-12-2012)
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
(jakarta : raja grafind persada, 2007), 126-128.
[9] Ahmad al ‘Usairy, Sejarah Islam (Jakarta
: akbar media eka sarana, 2003), 313.